Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Hj. Lia Istifhama, mengatakan support penuh pada sikap tegas Presiden RI Prabowo Subianto, dalam mengumandangkan kemerdekaan Palestina di beberapa komunitas internasional.
Mendekati peringatan Hari Kembali Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Ning Lia panggilan Lia Istifhama memperjelas berikut momen vital untuk menjadikan satu suara bangsa Indonesia dalam perjuangan menampik penjajahan di penjuru dunia, khususnya yang tetap dirasakan oleh masyarakat Palestina.
“Sebagai bangsa yang lahir dari perjuangan panjang menantang penjajahan, Indonesia jangan diam saat kezaliman tetap terjadi di tanah suci Palestina. Waktunya kita berpadu, bukan hanya untuk kenang kembali kemerdekaan, tapi juga perjuangkan kemerdekaan bangsa yang lain tetap diambil hak hidup dan kemanusiaannya,” tegas Ning Lia, Kamis (1/8/2025).
Menurut wanita yang populer Senator Elok itu, sikap Prabowo Subianto yang tetap mengumandangkan kemerdekaan Palestina ialah bukti riil keberanian Indonesia dalam bela keadilan global. Untuknya, peraturan luar negeri Indonesia tetap harus junjung tinggi instruksi Pembukaan UUD 1945, yaitu jika kemerdekaan ialah hak semua bangsa.
“Kita tidak dapat cuma konsentrasi pada lokal saat saudara-saudara kita di Palestina tetap menanggung derita karena penjajahan struktural. Prabowo memperlihatkan keberanian kepribadian, dan aku memberikan dukungan penuh tersebut. Kita harus berdiri bersama Palestina sebagai bentuk stabilitas atas beberapa nilai kemerdekaan,” sambungnya.
Perselisihan yang berjalan semenjak beberapa puluh tahun kemarin, makin lebih buruk semenjak gempuran besar Israel ke Lajur Gaza pada Oktober 2023. Sampai tengah 2025, lebih dari 36.550 masyarakat Palestina, sebagian besar beberapa anak dan wanita, sudah menjadi korban jiwa. Satu diantara bencana paling menakutkan terjadi pada 26 Mei 2024, saat tenda-tenda pengungsi di kamp Tel Al-Sultan, Rafah, dibakar hidup-hidup oleh gempuran udara Israel.
Ajakan global juga bergema. Tagar #AllEyesOnRafah trending di sosial media, menjadi foto kebersamaan internasional atas kesengsaraan yang tidak berakhir.
Ning Lia memperjelas Palestina bukan sekedar tanah perselisihan, tapi lambang toleran dan peradaban semenjak jaman Rasulullah SAW, Khalifah Umar bin Khattab, sampai Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Sejarah panjang itu menunjukkan jika tanah Palestina ialah saksi damai dan keanekaragaman.
Tetapi semenjak Maklumat Balfour 1917 dan Amanat Inggris 1922, dan Perang Enam Hari 1967, Palestina secara struktural dikikis hak-haknya. Bahkan juga, daerah suci seperti Yerusalem juga ditempati dengan sepihak.
“Kita berbicara masalah hak asasi, bukan sekedar geopolitik. Saat Palestina dikhianati, karena itu sejarah peradaban juga manusia dilukai. Karenanya, kemerdekaan Palestina ialah keperluan kepribadian umat manusia,” tegas Ning Lia.
Ning Lia ajak semua komponen bangsa Indonesia, terutama angkatan muda, jadikan peringatan HUT RI ke-80 tidak cuma peristiwa resmi, tetapi kebangunan kebersamaan global. Untuk Lia, Indonesia harus pimpin suara dunia untuk pastikan tidak lagi ada bangsa yang dijajah sesudah Palestina merdeka.
“Jika Palestina merdeka, dunia akan belajar jika penjajahan dapat ditantang suara kebersamaan. Itu mimpi kita semenjak merdeka, dan kita tetap harus merealisasikannya,” katanya.
Dengan suara Indonesia yang semakin keras lewat support politik dan kemanusiaan pada Palestina, Lia mengharap dunia internasional selekasnya hentikan kekejaman dan memberi pernyataan penuh atas kedaulatan Palestina.
“Kemerdekaan ialah hak semua bangsa. Karena itu kemerdekaan Palestina ialah kemenangan semua umat manusia. Silahkan menjadikan 17 Agustus ini sebagai semangat baru untuk kemerdekaan dunia, tanpa penjajahan, tanpa kekerasan,” ujarnya. (han)